Perayaan Berduka
Aku adalah sebuah jiwa yang mati, tanpa punya rasa maupun nyawa. Semantara Damian adalah kebalikannya, dia hidup. Hidup dengan mimpinya yang banyak dan cintanya yang tak punya akhir. Badannya terkubur, tetapi segala impian dan perasaan cinta yang dia punya tak akan pernah dibiarkan mati apalagi babak belur.
Impiannya adalah untuk menjadi dicinta, untuk dapat diterima. Segalanya tentang Damian tidak lah selalu tentang raya, tapi juga ada duka dan kecewa. Karena dia bilang, duka lah yang membuat kita—manusia—ingat bahwa kita ini hidup. Bahwa kita suatu saat akan binasa. Bahwa kita 'tak selamanya akan tertawa-tawa saja.
Kekasihku itu, yang cantik jelita. Yang menggemari bunga dan manusia. Aku pernah bertanya kepadanya, mengapa dia bisa sangat menyukai bunga? Bukankah membeli banyak bebungaan itu hal yang percuma, toh, mereka akan mati nantinya. Tanyaku dibalas tawa, dia bilang, "Kita juga akan mati, jadi untuk apa hidup saat ini?" Aku diam tak berkutik.
Tidak lama, sang jelita lanjutkan kalimatnya. "Aku suka bunga karena mereka cantik, Eka. Mereka cantik dan gak ada yang bisa larang-larang mereka buat jadi cantik. Aku mau jadi kaya bunga. Dicinta. Dipuja. Dihargai karena kecantikannya. Aku mau hidupku dikelilingi banyak warna tanpa perlu denger bisik-bisik orang lain yang mencaci aku atas warna itu."
Comments
Post a Comment