Lembayung
Perkenalkan, aku Lembayung. Mungkin kamu pernah dengar namaku sebelumnya? Aku ada di siaran radio yang beberapa dari kalian dengarkan sembari menikmati macetnya perjalanan pulang, mengalungkan lagu kepada siapa-siapa yang keletihan.
Terkadang aku bernyanyi, terkadang juga berpuisi. Aku suka menyampaikan pesan, isinya romantis kadang-kadang. Dari sekedar titip salam sampai surat panjang mengharukan, tugasku adalah memastikan semuanya tersampaikan.
Tapi dari semua pesan, ada satu yang tak pernah tersampaikan. Pesan yang berisi sebuah pengakuan dari diriku yang dahulu, pesan yang isinya berantakan karena ditulis dengan perasaan yang hampir menelanku jadi santapan, pesan yang, sial, tak pernah dapat diterima oleh sang pujaan.
Lembayung yang sekarang adalah Lembayung yang masih tersesat karena kehidupan masa lalunya, 'tak banyak yang aku ingat dari masa SMA karena dahulu aku hanyalah peliharaan ibu. Yang tidak punya jiwa. Tidak punya kuasa akan diri sendiri. Dia diberikan makan, diberikan fasilitas terbaik, semua hanya agar ia bisa diperah di kemudian harinya.
Menjadi boneka. Aku saat SMA adalah jiwa mati yang berkeliaran di alam fana.
Masa SMA ya... Ah, kalau boleh jujur masa SMA ku dipenuhi oleh banyak penyesalan. Menyesal karena 'tak sempat meluangkan waktu untuk menikmati hidup menjadi diriku seorang, menyesal karena 'tak berani bolos pelajaran bersama teman-teman, menyesal karena selalu berpasrah menjadi boneka kayu yang dipahat oleh ibu, sampai akhirnya perasaan sayang kepada dia juga tidak bisa tersampaikan.
Aku masih meringis kalau teringat bagaimana dahulu aku adalah manusia yang untuk berjalan saja perlu dikendalikan. Karena aku ini bukan anak. Aku ini alat. Alat pemuas dari ego ibu yang kelewat luas.
Jika masa sekolah ini bisa diulang, maka aku 'tak akan tunduk lagi. Aku ingin lari. Menjadi manusia seutuhnya, aku tidak mau mati.
Aku ingin hidup, Ibu.
Ibu, aku belum siap mati.
Aku mau pergi bolos di tengah jam pelajaran. Aku mau pulang ke rumah di atas jam 10 malam. Aku mau bermain dan menginap di rumah teman. Aku mau dihukum guru dan dijemur di lapangan. Aku mau memberanikan diri untuk menyampaikan perasaan ku yang sebenar-benarnya. Aku mau berbahagia, Ibu. Aku mau menjadi remaja seutuhnya.
Aku tidak ingin jadi pengecut. Aku tidak ingin jadwal les ku ditambah jadi setiap hari, bahkan di akhir pekan. Aku tidak ingin dipaksa belajar matematika, kimia, dan fisika. Aku tidak ingin jadi anak ibu satu-satunya.
Ibu, aku cinta berbahagia. Aku cinta perasaan yang hidup ketika berpesta. Aku cinta menjadi manusia.
Ibu, tolong izinkan aku menjadi manusia.
Comments
Post a Comment