Dia Yang Ada Tapi Terlupa
Aku ditemani dia;
sepiring makanan penuh nikmat
Aku memiliki dia;
rumah yang selalu dengar nafas tercekat
Kadang kali aku lupa dengan hadirnya yang berupa kesabaran.
Kadang kali aku lupa wujudnya yang selalu bantu aku si ceroboh untuk temukan barang sendiri.
Kadang kali aku lupa, aku miliki dia yang punya cinta tanpa perlu ucapkan kata hati.
Aku lupa bahwa aku miliki dia yang pertaruhkan hidupnya untukku, yang meregang nyawa demi diriku, yang selalu menemani langkah hidupku—anaknya yang tak mampu.
Naifnya aku kepada dia yang selalu ada, aku berpura-pura buta.
Sering kali aku merengek di kamar seorang diri, mengadu kepada sepi akan diriku yang perlukan dia beri tunjuk afeksi. Meminta untuk dapatkan pujian di ujung hari, meminta agar dia dapat meyakinkanku bahwa aku bukan hanya sendiri,
sampai aku lupa, segala yang ku dapatkan sampai kini berasal darinya yang punya kasih tak terganti.
Sampai aku tak ingat atas pengorbanannya di tengah terik untuk diriku yang selalu minta segala.
Sampai aku lupa atas sakitnya, atas jeritnya, serta tangisnya di tengah malam atas dia yang terluka.
Sampai aku lupa bahwa aku adalah anaknya yang berdosa, yang tak pernah berikan dia rasa bangga, yang selalu mengecewakan hatinya.
Mama, maaf karena aku kerap kali lupa akan dirimu yang berarti segalanya.
Comments
Post a Comment