di bawah malam, kita kembali hidup lagi

Bulan berpendar; bercahaya bagai lendir kelemayar. Menemani bintang dalam menyaksikan dua insan yang melanglang buana. Berjalan berdampingan, dengan kedua tangan bertautan. Seolah mengatakan kepada malam, bahwa merekalah lakon utamanya sekarang. Dengan tubuh yang dirapatkan walau jalanan masih lengang, berjalan dengan sautan canda yang menemani perlintasan. Meski dengan beban yang ditanggung di belakang, langkah mereka kelewat ringan.

Di depan ruko 'tak berpenghuni mereka berhenti. Mendudukkan diri dengan secangkir kopi yang didapatkan dari abang-abang seberang jalan. Menikmati minuman hitam pekat dalam selimut malam yang menyergap, menciptakan hangat atas diri yang hampir beku dari suhu yang menginjak angka sepuluh.

Mereka, sepasang atma yang berjalan beriringan hasil langkah putus asa, sepasang atma yang hampir lenyapkan nyawanya sendiri, sepasang atma yang hampir terjunkan diri sendiri. Mereka, sepasang jiwa yang telah temukan belahannya, yang telah temukan tujuannya, yang kini berjalan tantang dunia dan isinya. Mereka berjalan, berkelana di antara bintang dan bulan, meninggalkan tempat pulang.

Mereka berjalan, mencari peruntungan dari nasib yang telah datang.

Untuk hari ini, esok, dan bahkan nanti. Akan diterbangkan harapan yang telah lama hilang, akan dihidupkan jiwa yang telah lama mati. Untuk hari ini, esok, dan bahkan nanti, akan ada mereka yang bersemi di sepanjang jalan ini, dengan kisahnya yang dikenal seluruh negri.

Teruntuk jiwa yang sudah mati, teruntuk nafas yang sudah berhenti, mereka kini bangkit lagi. Membawa mimpi yang tak lagi pernah kunjung ke permukaan, mereka berdiri lagi. Dengan ragu yang masih tertanggal di relung, mereka menguatkan diri sendiri. Berharap langkah ini membawa mereka kepada bahagia yang abadi.


Comments

Popular Posts