Pelakat
Aku tak dapat buat apa-apa. Terjebak di antara dia yang tak henti bersuara, yang sakiti aku dengan tiap ujarnya.
Dia yang atur segalanya, baik apa yang harus aku lakukan pun apa yang tidak boleh ku lakukan. Dari apa makanan yang akan aku makan sampai bagaimana cara hadapi persoalan. Diskusi rasanya hanya omong kosong belaka, debat tak berujung walau aku tau pada akhirnya tetap dia yang pilih jalan cerita.
Lagipula, aku ini apa? Hanya seonggok jiwa yang mudah hancur hanya dengan lihat adanya air mata. Hanya seonggok jiwa yang punya peduli besar yang buat dia kesulitan untuk berpikir rasional. Pengganggu yang tak dibutuhkan eksistensinya.
Comments
Post a Comment