Yang terlalu satu
Bumantara luruhkan seluruh tangisnya pada pundak kecil bentala, mengais asa yang yak pernah didapatinya. sedunya pilu, buat bentala ikut jemput air mata.
lirih keduanya berbalas sendu, di pojok kamar bumantara dengan darah yang masih mengalir dari pergelangan tangan sang empu.sesungguhnya mereka tak punya mampu. hanya dua remaja lugu yang pura-pura tak tau. keduanya sudah lama jadi biru. hanya terjebak candu akan luka yang terlalu lama ditanam bisu.
terlalu jauh cari pelarian, walau yang mereka butuhkan sebenarnya hanya kebenaran. kebenaran akan diri sendiri, kebenaran akan jati diri yang terjebak dalam norma yang dijunjung tinggi-tinggi, kebenaran yang tak pernah hilang walaupun ditimbun sampai mati.
semua sudah sangat lama mereka kekap sendiri, sebab norma menolak tegas akan cerita yang ingin mereka bagi.
sebab bumantara dan bentala itu suatu anomali.
keduanya laki-laki. meskipun keduanya hanya saudara tiri, tapi tetap apa kata dunia kalau mereka saling punya rasa? hubungan sesama di sini masih sangat dianggap tabu, apa jadinya kalau mereka tau bahwa sesungguhnya bumantara dan bentala itu saudara?
Comments
Post a Comment