Parameter
Gana terbenam di tengah lautan. Ditelan pilu yang tak kunjung berkesudahan. Ratapnya sendu pikiri hari esok yang masih kian berkesinambungan. Tersedu-sedu tak sanggup hadapi kenyataan. Gana hanya seorang remaja awam, yang mulutnya selalu dibungkam. Yang diberatkan harapan dan ekspektasi orang-orang. Mungkin benar, terkadang manusia hanya perlu jadi biasa-biasa saja. Karena kalau sudah begini, harus bagaimana?
Masa kecilnya dipenuhi pujian orang. Tak pernah turun dari tiga besar buat dia jadi orang yang cukup dipandang. Juga cukup buat dia diperalat ‘teman-teman’. Masa sekolah dasarnya naif, tak pernah sekalipun ia berpikir bahwa di masa depan hidupnya harus penuhi ekspektasi orang-orang. Di masa sekolah menengah awal semua mulai berubah. Tatapan puji dan sanjungan mulai hilang, diganti dengan kalimat “Kok nilainya bisa turun?” yang menyerang dengan intonasi tajam.
Sampai sekarang.
Sampai ia yang duduki jenjang kelas 3 SMA. Pandangan bangga hilang, buat yang tersisa hanya raut datar tiap kali hasil nilai try out keluar dengan tidak memuaskan. Ayah dan Bunda bilang dia gagal. Tapi Gana bilang, dia memuakkan. Gana muak. Muak dengan seluruh tekanan yang diberikan terhadapnya. Muak dengan puluhan latihan soal yang dia kerjakan tiap malam. Muak dengan dirinya yang tak kunjung dapatkan kembali posisi tiga besar walau setelah belajar semalaman.
Gana hanya punya satu mimpi. Naas, ayah dan bunda mana peduli? Ayah dan Bunda hanya mau dia “berhasil”. Tanpa repot ingin mengerti apa menurut Gana keberhasilan itu sendiri.
Harus berapa lama lagi? Harus berapa lama lagi dia mengumpat di balik lembar kertas latihan soal? Harus berapa lama lagi dia berkutat dengan huruf dan angka yang berjejer membuat satu soal yang dia tak pahami? Harus berapa lama lagi?
Berapa harga yang perlu Gana bayar agar dia dapat tidur tenang? Berapa harga yang perlu Gana bayar agar dia dapat terhindar dari soal-soal latihan? Berapa harga yang perlu Gana bayar agar hidupnya tentram? Dan berapa harga yang perlu Gana bayar agar Ayah dan Bunda bisa melihatnya sebagai manusia?
Comments
Post a Comment